i want to hate you, Bee!!!

 

dear flowers,

begini saja ya aku memanggil kalian….

aku benar-benar ingin membenci Bee…

sangat ingin. tapi entah kenapa aku selalu gagal melakukannya. 15 maret 2012 yang lalu, mungkin di mata Bee aku tidak ada didepannya. aku berusaha membuang pikiran negatif tentang kelakuannya di depanku mengingat aku ini bukan siapa-siapa. tapi nyatanya aku tidak bisa. aku lebih sennag Bee menyukai gadis yang tidak aku kenal, daripada dia begitu dekat dengan sahabatku sendiri.

Kalian tahu, flowers, itu sangat menyakitkan, apalagi emndengar kata-katanya “aku mau melamarm, kan mumpung ada ayahmu….” aku tahu itu hanya gurauan Bee.

tapi bagaimana perasaan kalian jika kalian ada di posisiku saat itu.

tepat aku ada dihadapannya.

Gadis itu sangat tahu perasaanku terhadap Bee. Dia tahu bagaimana aku sangat dalam menaruh perasaan kepada Bee. tapi dia justru menantang Bee untuk melakukannya. siapa yang tidak sakit??? siapa yang tidak terluka meski itu hanya sebuah gurauan? siapa yang tahu isi hati seorang Bee? apakah yang dia katakan hanya sebuah gurauan yang lalu, apakah sebenarnya itu isi hati Bee?

awalnya Bee duduk di depanku, baru saja aku pergi sebentar ke kamar mandi, Bee sudah berada di samping gadis itu.

sebenarnya rasanya seperti di tusuk. kalian tahu, dimana ada gadis itu, selalu ada Bee di sebelahnya…

aku berusaha untuk berpikir positif, gadis itu punya pacar, gadis itu sahabatku dan Bee. dia tidak mungkin menusukku dari belakang. tapi aku bukan malaikat Bee, ada bagian dari diriku yang berpikir negatif tentang hubungan kalian yang sebenarnya…

seberapapun kuat aku mencoba percaya pada gadis itu, aku tidak bisa lagi. aku tidak bisa percaya padanya lagi. jujur aku tidak ingin kehilangan teman. tapi apa dayaku, hatiku sakit Bee melihat kedekatan kalian, sementara kita sekarang semakin jauh.

dulu kau memanggilku dnegan sebutan “Bunda”, berganti “mak” mengikuti yang lain. tapi sekarang kau memanggilku dengan namaku.

kenapa rasanya menyakitkan Bee? kenapa?

kenapa aku merasa kita benar-benar jauh sekarang?

aku ingin sekali membencimu dengan keadaan ini. kenapa aku yang harus terluka? aku ingin marah! aku ingin mengungkapkan semua perasaan sakit ini padamu. tapi aku tidak bisa Bee…

aku tidak bisa…

aku tidak sanggup mengatakan semuanya….

hatiku benar-benar sakit….

aku bukan malaikat yang tidak punya rasa sakit.

sampai sekarang aku masih marah padamu dan gadis itu…. aku tidak ingin berbicara banyak dengan gadis itu, cukup seperlunya saja! Jujur, melihat mukanya saja aku muak!

aku tahu aku salah jika aku membenci atau marah padanya. aku tahu ini tidak adil untuknya. aku tahu kau juga akan marah jika tahu itu.

tapi Bee… inilah perasaanku. ketika aku mencoba berkomunikasi dengannya, bayangan-bayangan kedekatan kalian berputar di otakku. aku berusaha menekannya, menekan sebisaku. tapi sampai dirumah aku menangis sekeras-kerasnya dalam diam. aku berusaha menjadi normal dan dunia baik-baik saja. tapi kenyataannya aku tidak bisa terus berpura-pura…

aku lelah berpura-pura baik-baik saja dengan semua keadaan ini. aku butuh tempat untuk bercerita Bee.

hanya tulisan-tulisan ini yang bisa membantuku membuang rasa sakit ini sementara.

aku benar-benar berharap kau tahu tulisan-tulisan jelek ini.

aku tidak menuntut apapun darimu…

jika boleh aku ingin membencimu selamanya, melupakanmu selamanya…

dan tidak pernah mengalami semua ini…

aku ingin jatuh cinta padamu tapi tiak dengan kisah seperti ini.

aku ingin sebuah kisah cinta yang bahagia… seperti mereka yang lain….

[TRUE STORY] Dear Bee… i let you know something…. (from my deep heart)

Senja di sore itu

Menemani kepergianmu

Saat kau ucap kata

kau tak lagi bersamaku

perih yang ku rasa

mungkin takkan pernah kau duga

cinta yang dulu ada

kini telah kau bawa

cinta jangan tinggalkan aku…

karna takkan pernah ada cinta selain dirimu

jika kau tinggalkan aku

sanggupkah diriku menghapus

segala bayangmu oh kekasihku kembalilah…

(ornito – segala bayangmu)

6 bulan berlalu sejak aku kenal, maksudku ya hanya tahu dia sebagai seorang teman, bahkan mungkin bisa dikatakan sebatas tahu saja, aku tidak ingat bahwa kami sempat satu kepanitiaan, satu sie. Benar-benar tidak peduli kan aku ini. Saat itu pikiranku masih pada mantan. Sama sekali tidak terpikir bahwa Bee yang akan mengisi kekosongan berikutnya.

Aku tidak ingat kapan tepatnya aku mulai komunikasi dengannya via sms. Sama sekali. Yang aku ingat, sehari sebelum aku mengalami kecelakaan, aku pernah bilang, aku ingin punya seseorang yang bisa mengantar jemput, menemaniku dikala sepi. Dan dia bilang, kalo aku mau, dia bisa. Lucunya aku tidak merespon apa yang dia katakan. Bagiku masih angin lalu.

Hari itu, hari dimana kau menolongku, hari dimana kisah ini akan di awaliterima kasih untuk itu….

Awalnya ya biasa aja… semua karena bunda. Bunda sering menanyakan kondisiku karena kami ada di kota yang berbeda. Mulai dari haruskah bunda kesana, apa aku sudah makan, bagaimana aku mandi, bagaimana aku sholat, semuanya. Bunda pun menanyakan siapa sang penolong itu. Aku jawab… Bee…

Yang paling aku ingat, bunda bilang “ anaknya tante Nur, kamu tahu kan? Mbak rifa, dulu sebelum ketemu sama suaminya yang sekarang. Mas Agil itu sering banget nolongin mbak rifa, minjemin bukulah, dan lain sebagainya. Pas Tante Nur Tanya, eh mas Agil ternyata suka sama mbak Rifa. Anak cowok itu kalo baik pasti ada maunya, jangan jangan dia naksir kamu…”

DEG!

Dan karena itu selalu diulang-ulang…. Bee, akhirnya aku jatuh padamu.

Entah sejak kapan pula, komunikasi via sms it uterus berlanjut.

Sampai pada akhirnya, aku merasa sedikit tidak nyaman dengan Bee. Mungkin karena dia sibuk dan mulai lama membalas smsku. Perempuan itu butuh komitmen, maka dia akan setia. Sama denganku… Aku tidak berniat meninggalkan Bee sebenarnya, hanya aku tidak mau menganggumu Bee

Jarang kumpul berbarengan saja temanku yang beda kelas plus kakak kelas sudah menduga aku pacaran sama Bee. Selalu Tanya kenapa setiap ada aku pasti ada Bee, dan setiap ada Bee pasti ada aku… aku dan Bee hanya berpandang-pandangan saja tanpa menjawab. Orang nggak tahu mesti jawab apa.

Dan Kau pernah mengacuhkan aku Bee… dan aku tidka tahu kenapa. Setelah beberapa hari aku dicuekin, sms nggak dibales. Aku dan Bee kembali berkomunikasi. Bahkan kami sempat pulang bersama lagi. Kali itu aku mengantarkan Bee. Like that moment, and also like his smell.

Aku lelah Bee seperti ini terus…

Aku tidak tahu apa yang kau rasakan…

Aku hanya berasumsi tentangmu…

Begitulah aku dan Bee menurutku. Dekat jauh.. dekat jauh… saat aku mencoba pergi, Bee datang… dan begitu juga sebaliknya.

Sekuat apapun aku berusaha, saat banyak orang menyebut namamu di depanku Bee… aku tidak bisa berhenti untuk tidak berpikir tentangmu…

Saat ini, aku benar-benar ingin membuangmu…. Membuangmu dari hidupku

Karena aku tidak mau menangis lagi…

Kau sendiri Bee yang bilang, bahwa aku tidak boleh lagi menangis kecuali wisuda…

Kecuali ketika kita shalat tahajud bersama ditempat yang berbeda…

Dan kau berjanji tidak ingin membuat apalagi melihatku menangis… tapi kenyataannya justru kau yang sering membuatku menangis Bee…

Aku tidak peduli jika ada yang membaca ini Bee… aku hanya ingin dunia ini tahu, bahwa perasaanku padamu entah kemana sulit sekali untuk diubah. Meski pernah kau membuatku sakit sekali bahkan aku membencimu, tapi itu hanya bertahan 2 minggu.

Aku lelah Bee seperti ini terus…

Aku tidak tahu apa yang kau rasakan…

Aku hanya berasumsi tentangmu…

Begitulah aku dan Bee menurutku. Dekat jauh.. dekat jauh… saat aku mencoba pergi, Bee datang… dan begitu juga sebaliknya.

Sekuat apapun aku berusaha, saat banyak orang menyebut namamu di depanku Bee… aku tidak bisa berhenti untuk tidak berpikir tentangmu…

Saat ini, aku benar-benar ingin membuangmu…. Membuangmu dari hidupku

Karena aku tidak mau menangis lagi…

Kau sendiri Bee yang bilang, bahwa aku tidak boleh lagi menangis kecuali wisuda…

Kecuali ketika kita shalat tahajud bersama ditempat yang berbeda…

Dan kau berjanji tidak ingin membuat apalagi melihatku menangis… tapi kenyataannya justru kau yang sering membuatku menangis Bee…

Aku tidak peduli jika ada yang membaca ini Bee… aku hanya ingin dunia ini tahu, bahwa perasaanku padamu entah kemana sulit sekali untuk diubah. Meski pernah kau membuatku sakit sekali bahkan aku membencimu, tapi itu hanya bertahan 2 minggu.

Hanya dengan ini aku bisa berbicara padamu Bee… aku hanya ingin kau tahu… aku tidak ingin tahu apa yang kau rasakan. Aku takut nanti aku sendiri yang kecewa.

Kau tahu Bee… setiap aku bertemu bunda yang beliau tanyakan adalah kau…

Aku rasa bunda menyukaimu…

Tapi aku tidak yakin kau menyukaiku, apalagi keluargaku..

Aku sadar, aku ini bukan gadis baik yang bertingkah lemah lembut. Aku gadis brutal yang tidak tahu malu, selalu ceplas-ceplos tanpa memikirkan perasaan orang, egois, mau menang sendiri dan pemarah.

Mungkin tulisan ini juga sebagai kata perpisahanku untukmu Bee…

Aku tidak ingin terus seperti ini… aku ingin menjalani hidup yang lebih baik. Tanpa ada air mata meski tak dapat dipungkiri cinta itu mempunya dua permukaan. Luka dan bahagia. Bertahan sekian lama sudah cukup bagiku. Lebih baik menjalani kehidupan kita masing-masing kan daripada salah satu pihak terluka atau mungkin ada pihak lain yang terluka.

Aku tidak pernah menyesal. Karena perasaan itu adalah hal yang wajar. Bukan untuk disesali. Sayangnya aku tidak bisa bertahan dan bertarung lebih. Aku tidak mau… aku tidak mau tergores lagi. Aku tidak mau kehilangan sabahat.

Tulang rusuk tidak akan salah menemukan pasangannya…

Itu berarti jodoh tidak akan pernah salah…

Jika suatu saat nanti kita berjodoh, Tuhan pasti akan memberikan jalan untuk kita dnegan cara yang tidak terduga….

Bee… kau itu seperti lebah…

Memberikan kenangan manis, tapi juga melukaiku dengan sengatmu…

Aku tidak menyalahkanmu atas luka yang kau goreskan padaku yang juga kau tidak ketahui….

Kau, cowok cuaca bagiku… suatu saat jadilah cowok iklim ya… entah untuk siapa…

Cinta adalah sebuah ketulusan

Never mind
I’ll find someone like you
I wish nothing but the best for you too
“Don’t forget me,” I begged
(adele – someone like you)

(First) DIARY MIA -UNTUK ARYA

Based on true story

Aku mencintai seseorang. Semua orang benar bahwa mungkin aku yang harus memulai mengatakan bahwa aku memang mencintainya meski dia tidak pernah sekalipun menyatakan isi hatinya padaku, dan bahkan aku juga tidak tau apakah dia mencintaiku atau tidak. Mungkin akan menjadi lebih baik jika aku memulainya saat ini. Tapi inilah ego seorang Mia. Aku lebih suka menunggu sampai dia mengatakannya daripada aku yang mengatakan apa yang aku rasakan dan bertanya tentang perasaannya padaku. Aku lebih baik menderita dalam asmara daripada aku yang memulai.

Dan mungkin itulah hal yang selalu aku sesali. Kenapa aku tidak menjadi seperti mereka yang bisa dengan begitu mudah dan lugasnya menyatakan perasaan mereka. Apa aku salah bersikap seolah aku ini diinginkan dan bukan yang menginginkan? Memang egoku soal ini melebihi semua yang aku miliki. Karena ini adalaha prinsip yang aku pegang. Wanita tidak boleh memulai mengatakan perasaannya duluan.

Dia, datang di hidupku. Dan aku memang mengakui bahwa aku mencintainya. Namanya Arya. Dia adalah seseorang yang aku anggap sahabatku. Aku jatuh cinta padanya karena keluargaku. Karena kecelakaan itu keluargaku tahu cerita tentangnya dan papa, mama, dan kak bima yang selalu mengolok-olokku. Dan dari situlah aku mulai menganggapnya berbeda. Aku tidak lagi melihatnya sebagai seorang sahabat, tapi sebagai seorang pria dewasa. Pandanganku semakin hari semakin membuatku jatuh cinta padanya.

Aku tidak tahu apa yang dia tunjukkan padaku adalah karena dia melihatku sebagai seorang wanita atau sekedar sahabat. Aku juga tidak tahu kenapa aku berasumsi bahwa dia menyimpan rasa padaku. Seandainya aku bisa membaca hati semua orang… inilah yang selama ini aku lihat, mungkin aku hanya berasumsi dan yang lebih memalukan mungkin aku kegeeran…

Dia selalu marah jika aku membahayakan diriku sendiri, sementara yang lain tidak peduli…

Dia yang selalu bertanya apa aku sudah sembuh saat aku sakit, sementara yang lain tidak peduli….

Dia yang selalu bilang jika aku butuh dia, dia akan ada untukku, sementara yang lain tidak pernah mengatakan hal yang sama….

Dia yang selalu memberiku semangat ketika aku dalam kelemahan, sementara yang lain cuek…

Dia juga yang selalu membuatku tersenyum disaat terburuk dariku…

Dia yang akan tiba-tiba ngambek ga jelas kalau aku terlihat dengan cowok lain, meski hanya sekedar gosip.

Dia juga yang tidak akan memperdulikan aku bisa sebulan lebih…

Dan dia juga yang menurutku datang dan pergi…

Dia datang disaat aku belajar kembali melihatnya sebagai seorang teman dan mengikhlaskan perasaanku….

Dia pergi disaat aku mulai berharap dan perasaanku ada untukknya…

Meski begitu, dia juga yang membuat hati ini selalu berdebar dalam sensasi yang jarang aku rasakan, bahkan mungkin untuk pertama kalinya seumur hidupku. Kadang disaat aku merasa aku tidak mampu terus dalam kondisi yang tidak jelas, aku ingin bertanya padanya dia melihatku sebagai apa. Tapi selalu saja hanya sekilas terbersit, dan aku selalu memutuskan untuk menunggu.

Aku tidak tahu sampai kapan. Mungkin sampai saatnya aku harus menyerah. Menyerah pada keadaan jika memang akan seperti itu selamanya. Aku lebih suka bersikap sok cuek tapi peduli daripada aku harus menjadi gadis genit nan manja untuk membuatku semakin dekat dengannya. Dan selama aku menjatuhkan hatiku untuknya, aku pernah sekali mencoba berpaling, tapi justru aku semakin terjerat pada perasaan cintaku padanya meski dia pernah dengan orang lain. cinta itu bagiku jika dia bahagia maka aku akan bahagia meski aku tidak bersamanya. Itulah aku. Aku tidak mau dia menderita bersamaku, meski aku bahagia dia disampingku. Aku tidak ingin menjadi egois dalam kebahagiaannya. Lebih baik aku menunggu daripada aku menyakitinya dengan mengatakan perasaanku dan dia merasa kecewa pada dirinya karena telah membuatku jatuh cinta dan begitu tersiksa.

Ada yang bilang, semakin lama kita mencintai diam-diam, maka semakin kita terbiasa untuk tidak dianggap dan semakin lama menyendiri. Aku tidak peduli hal itu. Aku tidak peduli jika aku tidak dianggap. Aku tidak peduli berapa banyak waktu yang aku habiskan untuk memikirkan dia. Aku tidak peduli berapa banyak galau yang sudah tuhan berikan padaku.

Jawabannya karena aku wanita. Karena wanita, menurutku, tidak pantas untuk memulai. Karena wanita selalu ingin melihat pria yang dia cintai untuk selalu bahagia. Dengan dia atau tidak. Karena wanita mampu menahan duka lebih lama. Karena wanita jarang menggunakan logikanya.

Aku inginkan dirimu, datang dan temui aku. Ingin kau katakan padaku, kau sangat mencintai diriku. Semoga engkau kan mengerti, tentang perasaan ini, maaf ku telah terbuai akan indahnya cinta.

(Mia Isabella Renaldi, 19-11-2011)

From cookies with love

©Sinetha Mongli

Ketika waktu yang kau miliki terbatas, apa yang ingin kau dahulukan???

————————————————————————————————————

{Donghae pov}

Tidak menyangka aku jatuh cinta pada seorang gadis seperti dia. Salah, lebih tepatnya anak bos ku sendiri, putri tunggal Kim Young Min. Taulah kalian siapa dia, CEO SM Entertainment. Bodohnya aku. Babo-ya!!!!

Awalnya aku sama sekali tidak mengenalnya. Hah, yang paling menyebalkan adalah member yang dicintainya adalah Siwon, sahabatku sendiri dan cinta pertamanya. T.T maklumlah jika dibandingkan Siwon aku tidak ada apa-apanya.

Mungkin seperti ini gambaran anime dirinya.

Antara berani mencintai atau tidak. Aku takut kim songsaenim melarang hubungan kami. Siapa aku siapa dia. Tapi ternyata bukan kim songsaenim yang melarang. Tuhan yang melarang kami. Tuhan menginginkan dia lebih dari yang aku menginginkan dia.  Primary amerbic meningoencephalitis, infeksi syaraf yang membuat kami terpisah sebelum sempat bersatu. Aku juga tidak sempat untuk sekedar menyatakan perasaanku.

*************************************************************

Saat aku berjalan dalam malam yang temaram
Saat itu pula hatiku kembali tergetarkan
Bergetar dan terasa diusik oleh pengusik
Seperti hantu yang siap membunuhku

Seperti gempa bumi yang dahsyat menggetarkan hatiku
Meretakkan, menghancurkan dan meluluhlantakkan keutuhan pikiran
Melemahkan otot-otot dan semua persendianku
Dan seperti tulang yang menghilang dari tubuhku

Pemandangan itu sangat mengerikan
Berjuta-juta wanita putih bersayap memanggil namaku
Seperti malaikat yang siap mencabut nyawa dari ragaku
Dan pergi meninggalkan tubuh menjadi gentayangan

Kini matahari telah muncul di peraduannya
Dan ajal menantiku datang ke tempatnya
Memberikan nuansa yang seolah-olah berkata
tentukan sebuah pilihan
Dan menentukan jalan kehidupan
Yang baru untuk melupakan masa lalu.

-Karya: Anggi Helvinorica-

*************************************************************

Pertama kali aku melihat dunia ini, aku berharap bisa bahagia. Menjalani kehidupan normal seperti yang di inginkan banyak orang. Mengisi semua kehidupan ini dengan kenangan-kenangan manis. Menemukan pasangan sejati dan membentuk keluarga kecil yang sejahtera. Tapi bagaimana jika suatu saat hobimu menjadi malapetaka untukmu?dan bagaimana ketika kenyataan berkata kau akan selalu sendiri? Dan bagaimana kalau kau punya banyak hal tapi tidak dengan waktu?dan bagaimana jika kau punya segalanya kecuali kesempatan?

Namaku Sinetha Kim. Putri tunggal CEO SM entertainment. Berbakat dan cerdas, begitu menurut dosen-dosenku. Kuliah di virginia univercity. design faculty, fashion design department. Tinggi badan 170 cm, berat badan 48 kg. Bertubuh langsing, berkulit putih layaknya orang korea, bermata bulat besar. Maklum ibuku seorang campuran. Tapi bagiku semua kini hanya sebuah keindahan yang membawa duka.

Mungkin selama ini terlalu sombong dengan apa yang aku miliki. Kenyataannya sekarng keduniawian ini tak berguna lagi untukku. Aku bersyukur tuhan menganugerahkan antibody yang baik untukku. Setidaknya aku mampu bertahan lebih lama dari yang diperkirakan. Aku menderita PAM (Primary amerbic meningoencephalitis). Setidaknya aku tidak mati seminggu setelah gejalanya muncul. Ini berawal ketika hobiku berenang yang makin menjadi-jadi di virginia. Daerah itu termasuk sering muncul penyakit ini. Kolam renang air hangat di kampus yang terinfeksi virus naegleri fowleri. Entah kapan aku akan mengalami kelumpuhan dan koma. Beruntung yang hinggap di ragaku virus yang lemah. Meski begitu aku tidak akan sembuh, kecuali tuhan memberikan keajaibannya padaku.

Setelah itu aku memutuskan pulang ke korea. Ingin menikmati sisa-sia waktu yang kumiliki bersama keluargaku. Meski kenyataannya aku ingin mempunyai seseorang yang bisa melukis akhir kisah hidupku. Tapi aku tidak boleh egois untuk itu. Hanya akan membuatnya terluka.

Oemma begitu syok tahu aku sakit dan hidupku tak akan lama. Appa tidak mampu meneruskan kata-katanya. Mereka menangis tersedu-sedu memelukku. Aku benci punya takdir seperti ini. Aku benci melihat air mata mereka. Tidak sekalipun aku bisa membuat mereka bangga dengan kehadiranku, justru aku makin menambah air mata mereka.

Bagaimana sekarang menurut kalian? Apa yang harus aku lakukan menunggu kematian?

“Nona…Kita sudah sampai..” seru Jung ajjushi, sopir Oemma

“Nde..Kamsa ajjushi…”

Aku pun melangkah kakiku turun dari mobil. Tidak lupa aku mengenakan masker. Aku tidak ingin menulari orang-orang disekitarku, dan aku juga tidak mau dikenali sebagai sinetha kim.

Baiklah saatnya memulai kehidupan denganm senyuman. Kalian jangan menangis untukku. Tenang saja…aku akan baik-baik saja sampai tiba waktunya untukku pergi. Aku pasti akan mengenang kebaikan kalian jika kalian mau tersenyum untukku. Itu sudah jauh labih cukup untukku. Kajja…kita kan nonton penampilan super junior di Mubank KBS. Ayolah tersenyum…

Aku sudah seperti teroris saja mengendap-ngendap seperti ini.aku mau melihat mereka di belakang panggung saja yang sepi. Kalian tahulah…aku takut menularkan penyakitku kalo aku dalam keadaan kepanasan. Virus yang ada ditubuhkan akan cepat berkembang. Maka aku butuh kehangatan. Bukan kepanasan atau kedinginan.

“Sine-ya…” panggil seseorang. Spontan aku langsung berdiri kaku tanpa menoleh.

“Oh ayolah…Ini aku…Kau tidak perlu tegang seperti itu.” Ucapnya dengan santainya

“Oppa…Sudah ku katakan jangan panggil namaku keras-keras…Kau ingin semua orang tahu aku sinetha kim????”

“Ahahahha…Memangnya kenapa kalau mereka tahu? Baguskan…Kau tidak perlu menegndap-ngendap melihat kami dari jauh seperti ini.”

“Oppa…Aku takut semuanya akann menjauhi aku…Kau tahukan…Aku…”

“Jangan katakan lagi…Baiklah aku tidak akan melakukannya lagi. Kau bawa apa?” tanyanya melihatku membawa bingkisan.

“Gomawoyo…Aku bawakan kue untuk kalian…Tapi bukan buatanku sendiri. Aku takut…”

“Sine-ya…Sudah kukatakan jangan kau katakan lagi kata-kata aku takut menulari kalian, aku takut…dan lain-lainnya. Aku tidak pernah takut kau tulari. Terima kasih kuenya….”

“Choemanneyo oppa…ehm…”

“Hadiah khusus?”

“Nde…Jangan lupa berikan pada Siwon oppa..Jangan katakan dariku. Katakan saja dari fansnya. Awas kalau kau tidak menyampaikannya.”

“Baiklah…Hadiah untukku mana? Masa hanya Siwon saja yang kau berikan hadiah…kurir juga dapat imbalannnya dong…heheheh” ucapnya menyodorkan pipinya

“Aku masih ingin melihat oppa menari dan menyanyi di atas panggung, bukan menjadi temanku di rumah sakit…”ucapku.

Spontan dia menunjukkan wajah kesalnya padaku mendengar apa yang aku katakan. Apa bisa aku membuat seorang lee Donghae mengalami hal yang sama denganku? Bagaimana aku bisa tega?

Tuhan itu adil memperkenalkan aku dengan Donghae oppa. Meski dia memang benar-benar seorang playboy dan otak yadong, setidaknya dia bisa menyimpan semua rahasiaku. Dan satu-satunya orang diluar keluargaku yang tahu tentang penyakitku. Kenyataannya dia tidak pernah takut tertular olehku. Tidak seperti teman-temanku di Virginia.

“Kau itu…Tidak ingin berkenalan dan berbicara dengannya?”

“Ani…Begini saja sudah bagus…Oppa…Hwaiting!!!”

“Nde…hwaiting! Aku menunggumu menciumku…hahahhaha…Kau mau pulang?”

“Ani…Aku ingin mengintip dia dulu baru aku pulang…”

“Dasar kau itu…Bintitan lho ntar…hahahah”

”HONGEEEEEEEEEEEEE…………….”panggil orang dari dalam. Aku tahu itu suara siapa. Ayo tebak? Yang suka teriak-teriak, yang paling aneh…ahahhaha…siapa lagi kalau bukan KIM HEECHUL.

“Aish…dia itu selalu menganggu waktu kita berduaan ya…”

Aku injak kakinya

“Aww…kau itu!!! Aish…Sudahlah…Cepat pulang sana… Hati-hati…da…Dongsaeng…Saranghaeyo  ♥ ”

“Sudah sana oppa masuk…Aku ingin melihat oppa memberikan kuenya…hehheh”

“Ah aigo…” ucapnya sambil mengedipkan matanya genit.

Inilah yang bisa aku lakukan. melihatnya dari jauh. Dia cinta pertamaku. Sejak dia masuk training sampai saat ini. Dan tidak sekalipun akun ingin mendekatinya. Hanya saja saat aku ingin mempunyai sesuatu yang bisa aku kenang.

Seperti biasanya, Donghae oppa akan membagikan semua kuenya ke semua member, baru nanti menyodorkan bingkisan ke Siwon oppa. Dan Dongahe oppa selalu mencari-cari siapa yang memberikan.

 

 

[DONGHAE POV]

Aku melihatnya mengendap-ngendap lagi. Kenapa tuhan memberikan cobaan seperti itu kepadanya? Aku mengenalnya secara tidak sengaja ketika pertama kali masuk training. Dia memintaku merahasiakan siapa dia sampai saat ini. Hatiku hancur ketika dia mendadak pergi ke Virginia untuk sekolah. Mengakui atau tidak, kenyataannya aku jatuh cinta padanya. Sekarang pun perasaanku masih sama. Meski kenyataannya Siwon justru yang menjadi cinta pertamanya. Aku ingin menjadi cinta terakhirnya. Tapi sepertinya semuanya tetap mustahil. Gadis 20 tahun yang membuatku terus bermimpi.

Sejujurnya aku ingin merebut hatinya saat dia pulang kembali ke korea. Tapi kenyataan berkata kau harus menahan perasaan ini selamanya. Dia pulang dengan berita yang tidak pernah aku bayangkan. Dia pulang bukan untukku. Dia pulang hanya sekedar ingin mengukir kenangan tentang Siwon. Tidak salah memang. Wajar orang yang merasa berada dibatas umurnya ingin melukis kenangan tentang orang yang dicintainya. Aku juga ingin seperti itu. Sudah cukup bagiku melihatnya bahagia dan terus menjadi temannya.

Saat dia menceritakan penyakitnya padaku, aku justru yang menangis memeluknya. Dia sama sekali tidak menangis. Dia tampak begitu tegar, meski aku yakin dia amat sangat rapuh. Wajahnya semakin pucat dari hari ke hari.

“Untukmu Won…”

“Nuguseoyo?”

“Seperti biasa, fans setiamu yang sangat mencintaimu jauh sebelum kau debut.” Ucapku sesak di dada.

“Bantu aku bertemu dengannya..Aku mohon…Kau pasti tahu kan? Aku ingin mengenalnya”

“Hufh…Aku…Tidak bisa. Aku sudah berjanji padanya.”

“Ayolah hyung…Kau kan sahabatku…Masa kau tega membuatku penasaran seumur hidupku???”

“Aku sudah janji kuda…Kau mau aku masuk neraka karena tidak memebihu janjiku???”

“Hahahhaha….Ikan…Sejak kapan kau insyaf??? Baca yadong saja kau bisa….hahahha” seru Heechul hyung. Astaga orang ini….Kenapa begitu menyebalkan???

“Pria tidak akan mengingakri janjinya, hahahhaha…”ucapku melirik ke arah celah pintu. Dia masih disana ternyata.

Sampai kapan dia kan tetap seperti itu terus…samapi kapan aku akan melihat dirinya terus bermimpi. Tuhan tahu  ini, Jangan hadirkan musim dingin…Aku tidak ingin kehilangan dia. Biarkan tubuh ringkih yang tidak akan bertahan lama itu tetap hidup melewati akhir tahun ini.

“Hyung kau kenapa?”tanya Kyuhyun

“Ah Tidak…”

“Ah hyung, Kau orang yang tidak pandai berbohong!!! Akhir-akhir ini kau selalu sedih, wajahmu sangat suram, Kenapa memangnya?”

“Ah…Hanya pikiranmu Kyu…Aku baik-baik saja…Hanya sedikit merindukan ayah..”

“Hyung mungkin aku ini memeng menyebalkan, tapi beri aku kesempatan menjadi dongsaeng yang baik untyuk semuanya…Aku tidak kan memaksa lagi hyung…Jika kau membutuhkan pundak, aku ada untukmu Hyung….”

“Wkwkwkwk…Kyu…kau…hahahahha” mendadak aku tertawa mendengar kata-katanya yang sungguh lebay sekali…Seandainya aku bisa tertawa seperti ini dengan sine…

*************************************************************

Hari ini…Seperti biasa…Aku melihat mereka…Melihat Siwon oppa konser… Appa dengan hati malaikatnya menyediakan ruang kecil yang sangat hangat untukku. Sudah pernah aku jelaskan belum? Bahwa seorang penderita PAM tidak boleh kedinginan? Jadi kau harus selalu hangat karena itu yang bisa memperlama masa inkubasi virusnya. Jadi kemungkinan besar aku akan berakhir dimusim singin sebentar lagi…Aku tidak ingin pergi ke negara tropis untuk memperpanjanng hidup… Percuma… Aku cepat atau lambat juga akan mati…yang aku inginkan adalah mengukir kenangan yang indah sebelum ajal menjemput. Bukankah itu wajar untuk semua ortang yang mendekati kematian?

Perbedaan hidup dan mati itu tipis. Dikematian juga akan ada kehidupan yang lebih kekal daripada itu…kalian tahu selaput otak? Setipis itu…ya…Hanya saja ketika waktu belum membuka pintunya kita tidak akan bisa mengarungi dunia kematian.bersyukurlah kalian yang masih sempurna, masih sehat… Seandainya ada kesempatan kedua untuk hidup normal aku ingin sekali…

Sudah…Sudah…Jangan ungkit maslah kematian…Cepat atau lambat aku akan menghampirinya. Ruangan ini ayah sediakan untukku untuk melihat konser mereka. Aku tidak bisa dan tidak berani bersama banyak orang…Aku tidak ingin menulari mereka. Sudah cukup bagiku ada layar besar diruangan ini untuk melihat mereka.

Luar biasa memang…Mereka sungguh menawan…Siwon oppa…Apa orang seperti dia mau bertemu dengan aku yang penyakitan ini? Huh…Sudah ah…Aku pulang saja…

Mendadak aku merasa kedinginan…Kuraih remot pemanas ruangan, kunaikkan suhunya…Nihil…Aku masih kedinginan…

Kaku…Kakiku menjadi kaku…Kuraih hp…Kuhubungi appa…

“Appa…”

“Wae? Ada apa? Kau kenapa?”

“Kakiku…Argh…” Kepalaku mendadak sakit luar biasa….

Tidak…Jangan sekarang….

*************************************************************

[KIM YOUNG MIN POV]

Sinetha Kim…Anakku satu-satunya menelpon dan berteriak ditelpon… Yang aku lakukan hanya berlari secepat mungkin menuju ruangannya… Aku menemukannya pingsan dengan tubuh kaku…

Tuhan…Aku ini seorang ayah yang ingin membahagiakan putrinya…

Tuhan…Tiap detik hidupku mungkin adalah kesalahan yang fatal…

Jika nanti kau mengambil titipan yang kau berikan padaku…Berikan sesuatu yang bisa membuatku sedikit kerelaan…

Kegenggam tangan sinetha…Perjalanan kerumah sakit ini sungguh menyesakkan dadaku melihatnya mulai kaku…Baru 1 minggu sejak dia pulang…Kenapa sesingkat ini…

Dokter memintaku menunggu diluar UGD. Tak terbayang jika aku tidak punya kesempatan untuk melihatnya lagi…aku belum merasa menjadi ayah yang berguna untuknya. Kuhubungi istriku. Aku juga tidak akan sanggup melihat air matanya. Selama ini mungkin aku menjadi orang yang paling ditakuti dan kejam. Ini…Aku…Dengan kelemahannya, bukan Kim Young Min seorang CEO tapi Kim Young Min seorang ayah…

“Tuan Kim…”panggil dokter

“Ya…”jawabku lemah…

“Saya minta maaf sebelumnya tuan….”

“Apa yang terjadi padanya?”

“Kadar oksigen pada otaknya tinggi. Protein dan glukosa pada cairan cerebrospinalnya juga tinggi….InI menyebabkan virusnya tumbuh pesat. Mereka bermultiplikasi dan menyerang parenkim otaknya dengan cepat. Karenanya muncul kelumpuhan pada tubuhnya…Masa kritisnya sudah berlalu…Tapi…”

“Tapi apa dok?”

“Nona Sine mengalami koma…Kita hanya bisa menunggu…Perkembangan virus yang tumbuh pesat sudah memasuki tahap akut…Maafkan kami yang tidak bisa berusaha dengan baik tuan Kim…”

“Aku mengerti dok…” Appa berharap bisa memelukmu nak…

Dokter memindahkannya ke ruang perawatan…Semua alat yang terpasang ditubuhnya membuatku sesak.

Nak…Katakan pada appa jika kau merasa kesakitan dengan semua alat ini…

Ibumu sudah datang Nak…Kami berdua ada disini untukmu. Min Ah terus menangis melihat kondisi Sinetha…Ini menambah kesesakanku…

“Dok…Berikan saja dia yang terbaik…Aku tidak ingin melihatnya kesakitan dengan semua alat itu….”

“Yoebbo…apa maksudmu? Kau ingin dokter melepas semua alatnya?”

“Aku tidak tahan!!! Apa kau mau melihat dia kesakitan? Jika memang tuhan ingin mengambil dia, kenapa diulur-ulur?”

“KELUAR KAU!!! Dari dulu kau selalu bersikap kejam pada semua orang!!!!”

Ingin rasanya memeluk istri dan anakku…Andai saja bisa…Aku ingin berbariong diranjang itu menggantikannya…

[MIN AH POV]

Suamiku gila!!!!!

Nak….

Oemma mohon…Bertahanlah…Kau harus sembuh…Euthanasia tidak akan pernah oemma setujui…Tidak akan….Tidak peduli semarah apapun ayahmu padaku nanti…Tapi tidak aku ingin kau tetap hidup…

*************************************************************

Aku mendengar pertengkaran mereka…Aku mendengar semua yang mereka katakan…

Appa…lakukan saja euthanasia padaku…

Oemma…jangan bersedih…

Tuhan jika memang seperti ini jalanku…aku rela…Seminggu bersama oarnag-orang yang aku cintai sudah cukup sebagai kenangan manisku…Terima kasih untukmu, Tuhan…

Aku melihat seorang malaikat yang mengulurkan tangannya padaku…

Sekarang aku yakin…Ini saatnya pergi…Selamat tinggal Appa. Selamat tinggal Oemma… Selamat tinggal Hae Oppa…Selamat tinggal semua…

*************************************************************

[SUPER JUNIOR DORMITORY]

[HAE POV]

“Kyu…Kau benar…Aku memang sedang bersedih sekarang”ucapku pada Kyuhyun

“Kenapa hyung?”

“Berjanjilah kau akan menjaga semua ini?”

“Aku berjanji hyung…”

“Namanya Sinetha Kim”

“Sinetha Kim? Putri tunggal Kim songsaenim yang meninggal kemarin?”

“Ya…Aku mengenalnya jauh sebelum dia berangkat ke amerika. Dan aku juga mencintai dia sejak pertama kali mengenalnya”

“Hyung…”

“Ya…Aku tahu sekarang dia sudah pergi… Seandainya aku masih sempat mengatakan perasaan ini…Akan aku lakukan…”

“Kenapa hyung tidak pernah mengatakannya?”

“Kau ingat Kyu…Beberapa hari terakhir ini aku selalu membawa kue untuk Siwon?”

“Jadi…Sinetha?”

“Ya…Dia mencintai Siwon…Aku tidak ingin dia jauh dariku ketika dia tahu perasaanku”

BRAAAK!!!!

“Hyung? Jadi?”

“Siwon?”

“Seandainya aku tahu dia orangnya, seandainya aku tahu dia yang hyung cintai…aku pasti akan berbuat sesuatu untuk kalian”

Selesai berkata dia menyeretku ke tampat parkir…Mendorongku masuk ke mobilnya. Orang-orang di dorm langsung mengejar kami takut siwon berbuat sesuatu yang aneh padaku…

Tapi…

Dia…

Justru…

Membawaku kemakam Sinetha yang masih basah…

“Katakan hyung! Katakan kau mencintainya!”

Kutatap dirinya tak percaya…Namun dia mengangguk

“Sine ya…Mungkin ini terlambat…Aku berharap kau mendengarku dari surga…Aku mencintaimu…Aku mencintaimu sejak pertama kali. Ketika aku ingin mengatakan ini kepadamu, kau terlanjur berangkat ke amerika. Dan ketika bertemu kembali, aku ingin mengatakannya, tapi kau terlebih dahulu mengatakan bahwa kau mencintai dongsaengku. Dan sekarang, aku hanya bisa mengatakan aku mencintaimu di depan makammu, bukan didepanku…Aku mencintaimu…”

Angin berhembus pelan menerpa wajahku. Kutatap nisan yang mengukir namanya.

“Oppa…Sebenarnya aku mencintaimu…”

Kudengar samar suara itu. Kurasakan ada seseorang yang memelukku dari belakang

“Sinetha…”

“Ya…Ini aku…Aku mencintaimu…”

“Aku juga lebih mencintaimu…”

“Hiduplah dengan bahagia…Mesti aku meninggalkanmu…Tapi aku akan hadir disetiap nadimu…”

“Tidurlah dengan tenang…Berjanjilah menungguku disana…”

“Aku berjanji oppa…Aku mencintaimu…”

“Aku mencintaimu…”

THE END

@@@@@@@@@@@@@@

by:

SINE’s@mo~ng_Lye’Sinetha Mongli’

♥ TULISAN UNTUK BENITO ♥

Namaku Brigitta Nadira Aqualine. Panggil saja aku Dira. Entah apa yang kau fikirkan soal namaku yang jelas itu sama sekali tidak penting.  Bagian terindah dalam hidup ini adalah memiliki apa yang kita inginkan. Seperti aku, memiliki kehidupan ini. Bukan untuk menyombongkan diri, tapi aku bersyukur hidup ini berlalu dengan indah. Meski kerikil-kelrikil kecil selalu terlintas dalam perjalannanku ini. Tapi Tuhan pasti memberikan kerikil yanmg mampu kita lewati. Seperti hidupku setelah beberapa saat ini.

Kesempurnaan hanya milik Tuhan, begitu kan? Tenang saja, aku bukan orang yang cacat secara fisik dan menurut orang, aku juga bukan orang jahat. Everything is ok. Tapi kadang aku merasa ada yang cacat disini. Di hatiku. Sanguinis melankolis adalah aku. Periang tapi perasa. Selalu bersemangat tapi cengeng. Maybe…mereka tahu aku seorang yang selalu bahagia dengan kehidupan ini. Pepatah bilang “dont look the cover”. Satu kali aku akan menjadi orang terbahagia di dunia, berikutnya aku akan berubah menjadi kolam air mata.

Seperti beberapa saat yang lalu. Tuhan mengirimku ke salah satu universitas terbaik dinegaraku. Bangga. Itu pasti. Bersama keempat sahabat setiaku, lolos di fakultas kedokteran program studi pendidikan dokter. ya, kami semua. Kami disatukan oleh mimpi. Rasanya tidak adil jika aku hanya menceritakan hidupku saja.

Panggil saja dia Ben, Benito Airlangga. Persahabatanku dengannya tidak pernah bermula, hahahaha, ibuku yang memulai persahabatan dengan ibunya. Jadi harus bagaimana berawal? Tidak berawal murni dari kami kan? Dan Tuhan mengirimkan malaikat penjaganya melalui kehadiran Ben untukku. He’s my perfect friend.

Yang kedua Bryan Kusuma Negara. Entah kenapa aku selalu nyaman bersamanya. Sejatinya Bryan adalah sahabat Ben. Tapi whatever. I like him. Bukankah teman bisa berasal dari teman kita? Nyatanya kami ini.

Hey tenang saja, aku juga punya teman wanita kok…. namanya Gabriella Erlika Avioline. Ini dia sie bule blesteran. Gea, meski dia kadang terlalu jujur, tapi dia sangat pengertian. Tidak pernah sombong dengan apa yang dia punya. Itu yang aku sukai dari dia.

Ibel, soal dia….emmmmmm….perfect voice. Suaranya malaikat. Vokalis terbaik. Siapa yang tidak tahu Steven Ronald. Sebenarnya kau juga tidak tahu dari mana panggilan Ibel itu. Yang jelas dia orang asli indonesia dengan senyum paling menawan yang pernah aku lihat. (bel, bayar ya….^^)

Sudah tahu gambaran tentang mereka kan? Entah apa anggapan kalian tentang kami yang jelas kami bahagia menyebut diri WETTIES. Nama tissu basah ya? Whatever, hahaha….hobi kami sama. Sing a song. Kecuali Ben yang selalu menjadi manager kami, hohohoho, entah kenapa, dia sebenarnya juga bisa menyanyi tapi anak itu sombong sekali, selalu berkata “ aku takut nanti kalian kalah pamor”. Astaga….

Satu orang paling spesial dalam hidupku sampai detik ini. Benito. Dan sekarang diriku cacat tanpanya.

Kali ini aku ingin menceritakan tentang dia. Sudah sebulan aku terpisah darinya. Baru kali ini aku berani menulis, terutama tentang dia. Lain kali aku juga akan menceritakan tentang sahabatku yang lain.

Saat aku berjalan dalam malam yang temaram
Saat itu pula hatiku kembali tergetarkan
Bergetar dan terasa diusik oleh pengusik
Seperti hantu yang siap membunuhku

Seperti gempa bumi yang dahsyat menggetarkan hatiku
Meretakkan, menghancurkan dan meluluhlantakkan keutuhan pikiran
Melemahkan otot-otot dan semua persendianku
Dan seperti tulang yang menghilang dari tubuhku

Pemandangan itu sangat mengerikan
Berjuta-juta wanita putih bersayap memanggil namaku
Seperti malaikat yang siap mencabut nyawa dari ragaku
Dan pergi meninggalkan tubuh menjadi gentayangan

Kini matahari telah muncul di peraduannya
Dan ajal menantiku datang ke tempatnya
Memberikan nuansa yang seolah-olah berkata
tentukan sebuah pilihan
Dan menentukan jalan kehidupan
Yang baru untuk melupakan masa lalu.

-Karya: Anggi Helvinorica-

Ini puisi yang terakhir kali dia tuliskan ketika dosen bahasa indonesiaku meminta kami menulis sebuah puisi.

Matahari masih bersinar cerah seperti biasanya. Hey aku masih mahasiswa baru lho…. jadi kami masih diharuskan mengikuti rangkaian ospek meski perkuliahan sudah aktif. Sabtu itu, tanggal 9 oktober 2010, tumben sekali Ben tidak menjemputku. Malah Bryan yang datang bersama Toyota Yarisnya yang norak berwarna pink. Entah dimana otaknya.

1 message reveiced

-Dironk, gw g bs jmpt, bru bgun ni. Bryan yg bkl jmpt. Ok?-

-eh tetangga rumah ini jam brp?bru bgun!!!!! Dasar tokek!-

-eh tokek2 gini elu jg nempl aj!!!!hahahaha-

-ich…amit2, k.e.p.e.p.e.t tauk!!!-

-yg pntg nempl2 gw jdlny!!!-

-MANDI SONO!!!! BAU LU AMPEK KMR GW!!!-

-mndiin donk!!!!hahahha-

-:p, amit2!!!!-

Tiiinnn…………..tinnnnnnnnnnnnnn……………..

“SWEETIEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE” teriak Bryan dari bawah. Demi Tuhan kalo dia teriak-teriak seperti itu, aku tidak mau bertemu dengan monyet itu. Nyaman sie ama dia. Tapi entah kenapa sekarang dia menyukai warna pink!!!! Badan abs, hati pink, hahahahha

“Iya, cereweeeeeeeeeeeeeeeeeet!!!!!” teriakku dari balkon.

Jam masih menunjukkan pukul 04.56 pagi. Beginilah kehidupan maba kalo ospek. Dingin terus diterjang!

“Dironk, tumben banget kakanda Benito telat bangun. Dia pan paling rajin tu bangun pagi?”

“lhah, emang gue pembantunya? baby sitternya? Tadi malem gue tidur duluan. Jadi kagak tau dech dia tidur jam berapa.”

“elu ga tidur ama dia????”

“EH GILE LOE!!!ntar dech kalo dia udah sah jadi suami gue…hhahahaha” amien…….

Setelah itu Bryan tidak meneruskan pembicaraan basi itu. Jam 06.15 Ben belum juga muncul. Aku mondar mandir di depan gerbang masuk menunggu dia. Ben bukan tipe orang yang menyukai keterlambatan. Dia selalu berusaha tepat waktu.

“Ben mana Dir? Tumben belum datang?” tanya ketua kelompokku.

Aku menggeleng pelan, menutup mata dan berdoa…..

Tuhan, jaga malaikatku…

Tuhan, dimana dia?

Tuhan, apa yang terjadi?

Tuhan, selamatkan dia di jalan…

Tuhan… Ben adalah bagian dariku….lengkapi aku Tuhan….

Tuhan, berkati dia….

Tuhan…….

Begitu aku membuka mata setelah berdoa, Ben muncul melambaikan tangannya sambil mengendarai motornya. Secercah rasa bahagia melihatnya mendadak hilang melihatnya terseret mobil kontainer yang melaju dari arah samping menghantam dirinya dan motornya.

Waktu itu..yang aku rasakan adalah sebuah kesakitan tiada henti. Bukan sakit fisik memang. Tapi sakit jiwaku. Bahkan sampai sekarang. Melihatnya bersimbah darah disamping motornya membuatku berlari menujunya. Tidak peduli ada kendaraan yang melintas. Tidak peduli teriakan histeris maba di depan gerbang masuk. Tidak peduli heboh masyarakat, yang aku inginkan ada disampingnya. Juga tidak peduli dengan baju putihku, aku memeluknya yang bersimbah darah.

Tuhan, ijinkan dia bersamaku selamanya

Tuhan, buka matanya….

Tuhan, detakkan jantungnya…

Seseorang mendekatiku yang masih memeluk Ben. Dia mencari nadi Ben, memeriksa nadinya. Kutatap mata orang itu, dan dia menggeleng…

“BEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEENNNNNNNNNNNNN!!!!!!!!!!!!” pekikku.

Ku dekap tubuhnya yang tinggal raga. Darahnya membasahi diriku. Dia bahkan tidak mengucapkan kata perpisahan untukku. Dia terlelap di pagi dingin ini. Polisi mulai berdatangan. Bryan menarikku untuk melepaskan diri dari Ben ku tersayang.

“Dira….biarkan polisi yang menangani” bisiknya lembut padaku.

“kau…” plakkkk!!! Aku menamparnya! “kau mau membiarkan dia senDirian dia aspal keras itu?sahabat macam apa kau ini!!!”

Kalo kalian mengatakan aku sakit jiwa?ya

Kalo kalian mengatakan aku gila? Ya

Bahkan kalo kalian memvonisku harus mati detik itu, ya…aku rela

Aku memeluk Ben ku lagi, kuseka darah yang masih mengalir di pelipisnya. Mungkin aku gila. Ya aku gila tanpa Ben. Aku sakit tanpa dia.

Tuhan, berikan aku malaikatku, jangan kau ambil dia seperti ini…

Tuhan, biarkan aku menjadi pengantinnya….

Tuhan, biarkan nyawanya kembali…..

Tuhan…banyak hal yang masih ingin aku katakan…

“Ben…aku lagi nggak ulang tahun…Ben bangun…ini sama sekali bukan lelucon Ben!!!! Ben aku ulang tahun masih bulan depan! Ben….” kuguncangkan tubuhnya. Berharap dia tiba-tiba terbangun dan mengatakan aku ulang tahun hari ini.

“Ben…Ben ini nggak lucu…beeen…” ucapku melemah….

Kugenggam tangannya. Makin dingin. Tuhan kenapa kau ambil dia???

“Ben…”

Gea mendekapku dari belakang. “Dir…”

“ya?”

“biarkan Ben tenang….”

“Ben…”

Aku ingat waktu itu Gea dan Ibel membantuku berdiri menjauhi tubuh kaku Ben.

“Ben mau dibawa kemana?” tanyaku pada mereka sambil terus menangis

“Tuhan menbawa Ben ketempat dimana yang terbaik untuknya Dir…” ucap Ibel

“tapi kenapa harus seperti ini? Kenapa disaat seperti ini? Kenapa bel?”

Aku melihatt mereka diam. Polisi mengangkat tubuhnya ke dalam mobil ambulans. Apa yang kau inginkan Tuhan? Apa ini caramu menjaga malaikatku? Apa ini yang harus terjadi?

“Diraaa…” peluk Gea padaku yang masih berlumuran darah.

Pagi itu menjadi ospek paling berdarah di kampus. Semakin orang mengatakan aku harus tabah dan sabar. Semakin mereka mengatakannya, semakin aku merasa kehilangan Ben. Semakin aku menangis tak ingin berpisah.

“Ben…Ben…”kukejar mobil yang membawanya. Semakin jauh, semakin aku jatuh.

****************************************************************

Sampai saat ini, belum pernah kuucapkan di depannya secara langsung keinginan terakhirku. Aku ingin menjadi pengantinya, melahirkan anak-anaknya. Kenyataannya sekarang itu hanya sebatas mimpi. Bagiku Benito bukan hanya sahabat, tapi juga cinta pertama yang selalu ada di hatiku. Belum pernah aku mencintai orang lain selain Benito. Aku dan dia belum pernah sekalipun berpacaran. Aku menunggu dia. Dan entah dia menuggu siapa. Dia tidak pernah memacari gadis manapun.

Kenanganku tentang dia tidak akan pernah aku kubur.

Mengingat dia melambaikan tangannya sebelum aku tampil menyanyi bersama Wetties…

Mengingat wajah sombongnya ketika mendapat bunga…

Mengingat dirinya yang selalu membangunkanku dengan berteriak-teriak di balkon kamarnya yang berhadapan dengan balkon kamarku….

Mengingatnya membawakan setumpuk buku mata pelajaran…

Mengingatnya yang selalu membelai rambutku dengan lembut….

Tuhan….

Bolehkah aku meminta?

Katakan padanya untuk menungguku disana….

Aku ingin mengatakan padanya…aku mencintainya…

Mungkin ini sebuah kisah klasik menurut kalian. Tapi bagiku, ini sebuah goresan dalam sejarah hidupku.

Sekarang didepanku aku bisa melihat balkon kamarnya. Ya…aku menulis ini di balkon kamarku… Orang tua Ben pindah seminggu setelah Ben meninggal… Rumah itu ditinggal begitu saja… Dari sini aku terus menatap Ben. Mengatakan pada diriku sendiri bahwa Ben ada dikamarnya.

Menerima kenyataan ini aku tidak bisa. Terlalu lama aku terbiasa bersamanya. serpihan wajahnya yang membeku masih selalu hinggap dalam benakku.

Aku masih nmenyimpan sms motivasi darinya ketika aku jatuh

-qta tdk akan pernah tersandng gung tp bs jd tergelincir oleh kerikil. Mka jgn meremehkan hal kecil jrena sesuatu yg kecil berawal dr hal kecil-

Hari ini, ada acara FK award. Fakultas mengundang kami untuk tampil. Bryan, Gea dan Ibel memberikan penampilan ini untukku. Ini pertama kali aku menginjakkan kaki di kampus setelah sebulan aku terpuruk dirumah. Kalian pasti tahu bagaimana rasanya kehilangan.

Sebuah lagu untuk Benito Airlangga…Lagu yang sesuai dengan perasaanku saat ini…

Aku….

Ingin engkau ada disini….

Menemaniku saat sepi…

Menemaniku saat gundah…

Berat…

Hidup ini tanpa Dirimu……

Kuhanya mencintai kamu…..

Ku hanya memiliki kamu……

Aku rindu setengah mati kepadamu…

Sungguh ku ingin kau tahu….

Aku rindu setengah mati…

Meski….

Tak lama kita tak bertemu…….

Ku selalu memimpikan kamu……

Ku tak bisa hidup tanpamu……

Aku rindu setengah mati kepadamu…

Sungguh ku ingin kau tahu……

Aku rindu setengah mati…

Aku rindu………..

Setengah mati….

Aku rindu setengah mati kepadamu…

Sungguh ku ingin kau tahu

Kutak bisa hidup tanpamu

Aku rindu…

Tuhan…jaga dia untukku…

Kuatkan diriku untuk memenuhi pintanya…

Aku menulis ini untuk mengingatnya….

Mengingat kepergian cinta pertamaku…..

Ulang tahun ke 18 ini yang akan menjelang seminggu lagi terasa sepi tanpanya… permohonanku hanya satu…Tuhan…Sampaikan tulisan ini untuk Benito.

I’m yours ♥

Brigitta Nadira Aqualine