♥ TULISAN UNTUK BENITO ♥

Namaku Brigitta Nadira Aqualine. Panggil saja aku Dira. Entah apa yang kau fikirkan soal namaku yang jelas itu sama sekali tidak penting.  Bagian terindah dalam hidup ini adalah memiliki apa yang kita inginkan. Seperti aku, memiliki kehidupan ini. Bukan untuk menyombongkan diri, tapi aku bersyukur hidup ini berlalu dengan indah. Meski kerikil-kelrikil kecil selalu terlintas dalam perjalannanku ini. Tapi Tuhan pasti memberikan kerikil yanmg mampu kita lewati. Seperti hidupku setelah beberapa saat ini.

Kesempurnaan hanya milik Tuhan, begitu kan? Tenang saja, aku bukan orang yang cacat secara fisik dan menurut orang, aku juga bukan orang jahat. Everything is ok. Tapi kadang aku merasa ada yang cacat disini. Di hatiku. Sanguinis melankolis adalah aku. Periang tapi perasa. Selalu bersemangat tapi cengeng. Maybe…mereka tahu aku seorang yang selalu bahagia dengan kehidupan ini. Pepatah bilang “dont look the cover”. Satu kali aku akan menjadi orang terbahagia di dunia, berikutnya aku akan berubah menjadi kolam air mata.

Seperti beberapa saat yang lalu. Tuhan mengirimku ke salah satu universitas terbaik dinegaraku. Bangga. Itu pasti. Bersama keempat sahabat setiaku, lolos di fakultas kedokteran program studi pendidikan dokter. ya, kami semua. Kami disatukan oleh mimpi. Rasanya tidak adil jika aku hanya menceritakan hidupku saja.

Panggil saja dia Ben, Benito Airlangga. Persahabatanku dengannya tidak pernah bermula, hahahaha, ibuku yang memulai persahabatan dengan ibunya. Jadi harus bagaimana berawal? Tidak berawal murni dari kami kan? Dan Tuhan mengirimkan malaikat penjaganya melalui kehadiran Ben untukku. He’s my perfect friend.

Yang kedua Bryan Kusuma Negara. Entah kenapa aku selalu nyaman bersamanya. Sejatinya Bryan adalah sahabat Ben. Tapi whatever. I like him. Bukankah teman bisa berasal dari teman kita? Nyatanya kami ini.

Hey tenang saja, aku juga punya teman wanita kok…. namanya Gabriella Erlika Avioline. Ini dia sie bule blesteran. Gea, meski dia kadang terlalu jujur, tapi dia sangat pengertian. Tidak pernah sombong dengan apa yang dia punya. Itu yang aku sukai dari dia.

Ibel, soal dia….emmmmmm….perfect voice. Suaranya malaikat. Vokalis terbaik. Siapa yang tidak tahu Steven Ronald. Sebenarnya kau juga tidak tahu dari mana panggilan Ibel itu. Yang jelas dia orang asli indonesia dengan senyum paling menawan yang pernah aku lihat. (bel, bayar ya….^^)

Sudah tahu gambaran tentang mereka kan? Entah apa anggapan kalian tentang kami yang jelas kami bahagia menyebut diri WETTIES. Nama tissu basah ya? Whatever, hahaha….hobi kami sama. Sing a song. Kecuali Ben yang selalu menjadi manager kami, hohohoho, entah kenapa, dia sebenarnya juga bisa menyanyi tapi anak itu sombong sekali, selalu berkata “ aku takut nanti kalian kalah pamor”. Astaga….

Satu orang paling spesial dalam hidupku sampai detik ini. Benito. Dan sekarang diriku cacat tanpanya.

Kali ini aku ingin menceritakan tentang dia. Sudah sebulan aku terpisah darinya. Baru kali ini aku berani menulis, terutama tentang dia. Lain kali aku juga akan menceritakan tentang sahabatku yang lain.

Saat aku berjalan dalam malam yang temaram
Saat itu pula hatiku kembali tergetarkan
Bergetar dan terasa diusik oleh pengusik
Seperti hantu yang siap membunuhku

Seperti gempa bumi yang dahsyat menggetarkan hatiku
Meretakkan, menghancurkan dan meluluhlantakkan keutuhan pikiran
Melemahkan otot-otot dan semua persendianku
Dan seperti tulang yang menghilang dari tubuhku

Pemandangan itu sangat mengerikan
Berjuta-juta wanita putih bersayap memanggil namaku
Seperti malaikat yang siap mencabut nyawa dari ragaku
Dan pergi meninggalkan tubuh menjadi gentayangan

Kini matahari telah muncul di peraduannya
Dan ajal menantiku datang ke tempatnya
Memberikan nuansa yang seolah-olah berkata
tentukan sebuah pilihan
Dan menentukan jalan kehidupan
Yang baru untuk melupakan masa lalu.

-Karya: Anggi Helvinorica-

Ini puisi yang terakhir kali dia tuliskan ketika dosen bahasa indonesiaku meminta kami menulis sebuah puisi.

Matahari masih bersinar cerah seperti biasanya. Hey aku masih mahasiswa baru lho…. jadi kami masih diharuskan mengikuti rangkaian ospek meski perkuliahan sudah aktif. Sabtu itu, tanggal 9 oktober 2010, tumben sekali Ben tidak menjemputku. Malah Bryan yang datang bersama Toyota Yarisnya yang norak berwarna pink. Entah dimana otaknya.

1 message reveiced

-Dironk, gw g bs jmpt, bru bgun ni. Bryan yg bkl jmpt. Ok?-

-eh tetangga rumah ini jam brp?bru bgun!!!!! Dasar tokek!-

-eh tokek2 gini elu jg nempl aj!!!!hahahaha-

-ich…amit2, k.e.p.e.p.e.t tauk!!!-

-yg pntg nempl2 gw jdlny!!!-

-MANDI SONO!!!! BAU LU AMPEK KMR GW!!!-

-mndiin donk!!!!hahahha-

-:p, amit2!!!!-

Tiiinnn…………..tinnnnnnnnnnnnnn……………..

“SWEETIEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEE” teriak Bryan dari bawah. Demi Tuhan kalo dia teriak-teriak seperti itu, aku tidak mau bertemu dengan monyet itu. Nyaman sie ama dia. Tapi entah kenapa sekarang dia menyukai warna pink!!!! Badan abs, hati pink, hahahahha

“Iya, cereweeeeeeeeeeeeeeeeeet!!!!!” teriakku dari balkon.

Jam masih menunjukkan pukul 04.56 pagi. Beginilah kehidupan maba kalo ospek. Dingin terus diterjang!

“Dironk, tumben banget kakanda Benito telat bangun. Dia pan paling rajin tu bangun pagi?”

“lhah, emang gue pembantunya? baby sitternya? Tadi malem gue tidur duluan. Jadi kagak tau dech dia tidur jam berapa.”

“elu ga tidur ama dia????”

“EH GILE LOE!!!ntar dech kalo dia udah sah jadi suami gue…hhahahaha” amien…….

Setelah itu Bryan tidak meneruskan pembicaraan basi itu. Jam 06.15 Ben belum juga muncul. Aku mondar mandir di depan gerbang masuk menunggu dia. Ben bukan tipe orang yang menyukai keterlambatan. Dia selalu berusaha tepat waktu.

“Ben mana Dir? Tumben belum datang?” tanya ketua kelompokku.

Aku menggeleng pelan, menutup mata dan berdoa…..

Tuhan, jaga malaikatku…

Tuhan, dimana dia?

Tuhan, apa yang terjadi?

Tuhan, selamatkan dia di jalan…

Tuhan… Ben adalah bagian dariku….lengkapi aku Tuhan….

Tuhan, berkati dia….

Tuhan…….

Begitu aku membuka mata setelah berdoa, Ben muncul melambaikan tangannya sambil mengendarai motornya. Secercah rasa bahagia melihatnya mendadak hilang melihatnya terseret mobil kontainer yang melaju dari arah samping menghantam dirinya dan motornya.

Waktu itu..yang aku rasakan adalah sebuah kesakitan tiada henti. Bukan sakit fisik memang. Tapi sakit jiwaku. Bahkan sampai sekarang. Melihatnya bersimbah darah disamping motornya membuatku berlari menujunya. Tidak peduli ada kendaraan yang melintas. Tidak peduli teriakan histeris maba di depan gerbang masuk. Tidak peduli heboh masyarakat, yang aku inginkan ada disampingnya. Juga tidak peduli dengan baju putihku, aku memeluknya yang bersimbah darah.

Tuhan, ijinkan dia bersamaku selamanya

Tuhan, buka matanya….

Tuhan, detakkan jantungnya…

Seseorang mendekatiku yang masih memeluk Ben. Dia mencari nadi Ben, memeriksa nadinya. Kutatap mata orang itu, dan dia menggeleng…

“BEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEENNNNNNNNNNNNN!!!!!!!!!!!!” pekikku.

Ku dekap tubuhnya yang tinggal raga. Darahnya membasahi diriku. Dia bahkan tidak mengucapkan kata perpisahan untukku. Dia terlelap di pagi dingin ini. Polisi mulai berdatangan. Bryan menarikku untuk melepaskan diri dari Ben ku tersayang.

“Dira….biarkan polisi yang menangani” bisiknya lembut padaku.

“kau…” plakkkk!!! Aku menamparnya! “kau mau membiarkan dia senDirian dia aspal keras itu?sahabat macam apa kau ini!!!”

Kalo kalian mengatakan aku sakit jiwa?ya

Kalo kalian mengatakan aku gila? Ya

Bahkan kalo kalian memvonisku harus mati detik itu, ya…aku rela

Aku memeluk Ben ku lagi, kuseka darah yang masih mengalir di pelipisnya. Mungkin aku gila. Ya aku gila tanpa Ben. Aku sakit tanpa dia.

Tuhan, berikan aku malaikatku, jangan kau ambil dia seperti ini…

Tuhan, biarkan aku menjadi pengantinnya….

Tuhan, biarkan nyawanya kembali…..

Tuhan…banyak hal yang masih ingin aku katakan…

“Ben…aku lagi nggak ulang tahun…Ben bangun…ini sama sekali bukan lelucon Ben!!!! Ben aku ulang tahun masih bulan depan! Ben….” kuguncangkan tubuhnya. Berharap dia tiba-tiba terbangun dan mengatakan aku ulang tahun hari ini.

“Ben…Ben ini nggak lucu…beeen…” ucapku melemah….

Kugenggam tangannya. Makin dingin. Tuhan kenapa kau ambil dia???

“Ben…”

Gea mendekapku dari belakang. “Dir…”

“ya?”

“biarkan Ben tenang….”

“Ben…”

Aku ingat waktu itu Gea dan Ibel membantuku berdiri menjauhi tubuh kaku Ben.

“Ben mau dibawa kemana?” tanyaku pada mereka sambil terus menangis

“Tuhan menbawa Ben ketempat dimana yang terbaik untuknya Dir…” ucap Ibel

“tapi kenapa harus seperti ini? Kenapa disaat seperti ini? Kenapa bel?”

Aku melihatt mereka diam. Polisi mengangkat tubuhnya ke dalam mobil ambulans. Apa yang kau inginkan Tuhan? Apa ini caramu menjaga malaikatku? Apa ini yang harus terjadi?

“Diraaa…” peluk Gea padaku yang masih berlumuran darah.

Pagi itu menjadi ospek paling berdarah di kampus. Semakin orang mengatakan aku harus tabah dan sabar. Semakin mereka mengatakannya, semakin aku merasa kehilangan Ben. Semakin aku menangis tak ingin berpisah.

“Ben…Ben…”kukejar mobil yang membawanya. Semakin jauh, semakin aku jatuh.

****************************************************************

Sampai saat ini, belum pernah kuucapkan di depannya secara langsung keinginan terakhirku. Aku ingin menjadi pengantinya, melahirkan anak-anaknya. Kenyataannya sekarang itu hanya sebatas mimpi. Bagiku Benito bukan hanya sahabat, tapi juga cinta pertama yang selalu ada di hatiku. Belum pernah aku mencintai orang lain selain Benito. Aku dan dia belum pernah sekalipun berpacaran. Aku menunggu dia. Dan entah dia menuggu siapa. Dia tidak pernah memacari gadis manapun.

Kenanganku tentang dia tidak akan pernah aku kubur.

Mengingat dia melambaikan tangannya sebelum aku tampil menyanyi bersama Wetties…

Mengingat wajah sombongnya ketika mendapat bunga…

Mengingat dirinya yang selalu membangunkanku dengan berteriak-teriak di balkon kamarnya yang berhadapan dengan balkon kamarku….

Mengingatnya membawakan setumpuk buku mata pelajaran…

Mengingatnya yang selalu membelai rambutku dengan lembut….

Tuhan….

Bolehkah aku meminta?

Katakan padanya untuk menungguku disana….

Aku ingin mengatakan padanya…aku mencintainya…

Mungkin ini sebuah kisah klasik menurut kalian. Tapi bagiku, ini sebuah goresan dalam sejarah hidupku.

Sekarang didepanku aku bisa melihat balkon kamarnya. Ya…aku menulis ini di balkon kamarku… Orang tua Ben pindah seminggu setelah Ben meninggal… Rumah itu ditinggal begitu saja… Dari sini aku terus menatap Ben. Mengatakan pada diriku sendiri bahwa Ben ada dikamarnya.

Menerima kenyataan ini aku tidak bisa. Terlalu lama aku terbiasa bersamanya. serpihan wajahnya yang membeku masih selalu hinggap dalam benakku.

Aku masih nmenyimpan sms motivasi darinya ketika aku jatuh

-qta tdk akan pernah tersandng gung tp bs jd tergelincir oleh kerikil. Mka jgn meremehkan hal kecil jrena sesuatu yg kecil berawal dr hal kecil-

Hari ini, ada acara FK award. Fakultas mengundang kami untuk tampil. Bryan, Gea dan Ibel memberikan penampilan ini untukku. Ini pertama kali aku menginjakkan kaki di kampus setelah sebulan aku terpuruk dirumah. Kalian pasti tahu bagaimana rasanya kehilangan.

Sebuah lagu untuk Benito Airlangga…Lagu yang sesuai dengan perasaanku saat ini…

Aku….

Ingin engkau ada disini….

Menemaniku saat sepi…

Menemaniku saat gundah…

Berat…

Hidup ini tanpa Dirimu……

Kuhanya mencintai kamu…..

Ku hanya memiliki kamu……

Aku rindu setengah mati kepadamu…

Sungguh ku ingin kau tahu….

Aku rindu setengah mati…

Meski….

Tak lama kita tak bertemu…….

Ku selalu memimpikan kamu……

Ku tak bisa hidup tanpamu……

Aku rindu setengah mati kepadamu…

Sungguh ku ingin kau tahu……

Aku rindu setengah mati…

Aku rindu………..

Setengah mati….

Aku rindu setengah mati kepadamu…

Sungguh ku ingin kau tahu

Kutak bisa hidup tanpamu

Aku rindu…

Tuhan…jaga dia untukku…

Kuatkan diriku untuk memenuhi pintanya…

Aku menulis ini untuk mengingatnya….

Mengingat kepergian cinta pertamaku…..

Ulang tahun ke 18 ini yang akan menjelang seminggu lagi terasa sepi tanpanya… permohonanku hanya satu…Tuhan…Sampaikan tulisan ini untuk Benito.

I’m yours ♥

Brigitta Nadira Aqualine

Tinggalkan komentar